Maestro Payung Kertas Mbah Rasimun Tutup Usia, Warga Malang Berduka
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
20 - Nov - 2025, 09:49
JATIMTIMES - Kabar duka datang dari dunia seni tradisi Kota Malang. Maestro payung kertas, Mbah Rasimun, meninggal dunia pada Kamis (20/11/2025) pukul 05.15 WIB. Kabar wafatnya sang maestro ini beredar di WhatsApp grup pada Kamis pagi.
انا لِلّهِ وَاِنّا اِلَيْهِ رَاجِعُوْنَ."
Almarhum yang tinggal di RT 04 RW 03, Pandanwangi, Blimbing, Kota Malang itu berpulang di usia 98 tahun. Jenazah dimakamkan pada hari yang sama sekitar pukul 10.00 WIB," tulis keterangan yang diterima JatimTIMES, Kamis (20/11).
Baca Juga : Pohon Bacang di Kawasan Payung Kota Batu Tumbang Sempat Menutup Akses Jalan
Ucapan belasungkawa mengalir dari warga hingga para pelaku seni. Banyak yang mengenang almarhum sebagai tokoh penting dalam pelestarian seni payung kertas di Indonesia.
Profil
Di balik tubuhnya yang renta, Mbah Rasimun dikenal memiliki ketelatenan luar biasa dalam membuat payung kertas dengan berbagai ornamen dan corak. Keahliannya sudah terdengar hingga luar Malang. Karya-karyanya bahkan memikat perhatian Sri Paduka Mangkunagoro IX Kasunanan Surakarta dan Mataya.
Warga mengenalnya sebagai maestro yang bekerja tanpa lelah. Jiwa seninya tetap menyala meski usianya nyaris satu abad. Dari lembaran kertas dan rangka bambu, lahirlah payung-payung cantik yang kini menjadi ikon seni Kota Malang.
Atas dedikasi tersebut, Mbah Rasimun mendapat kehormatan berupa gelar maestro seni payung Indonesia. Penghargaan itu diterima melalui kedua anaknya, Rusikin (38) dan Yuyun Sulastri, yang selama ini mendampingi sang maestro dalam pengembangan karya lewat komunitas Karya Bumi Ngalam (Kabunga).
Tak lama setelah kabar penghargaan itu tiba, Mbah Rasimun terbang ke Surakarta untuk menerimanya secara langsung. Di sana, ia bahkan sempat memperlihatkan cara membuat payung kertas di depan banyak pengunjung.
Rusikin, putra Mbah Rasimun, tak bisa menyembunyikan rasa bangganya. Ia bercerita bahwa sang ayah sudah menekuni pembuatan payung kertas sejak 1945.
Awalnya, karya-karya tersebut hanya dijual di beberapa titik lokal. Namun konsistensi sang maestro membuat payungnya kini menembus pasar internasional. Banyak wisatawan luar negeri yang memburu payung kertas buatan tangan Mbah Rasimun.
Bahkan, sebelum wafat, karya-karya almarhum mendapat pesanan dari Jepang dan Prancis. Mbah Rasimun juga dijadwalkan diundang ke Thailand untuk menunjukkan proses pembuatan payung.
Baca Juga : SMAN 3 Malang Klarifikasi Isu Bullying: Tak Ada Pembiaran, Masalah Sudah Tuntas Lewat Forum Kekeluargaan
Keberhasilan Mbah Rasimun mengharumkan nama Kota Malang membuat warga sekitar tergerak untuk mengembangkan kreativitas serupa. Tokoh masyarakat, pemuda, hingga komunitas seni kini mulai menggagas Kampung Payung sebagai destinasi wisata tematik.
Semangat warga ini muncul karena melihat jejak panjang sang maestro yang telah membawa seni payung kertas ke panggung nasional dan internasional.
Putri almarhum, Yuyun, tak ingin warisan seni sang ayah berhenti. Melalui Karya Bunga Ngalam, ia menyiapkan kolaborasi baru antara payung kertas dan lukisan topeng Malang. Karya tersebut akan diberi nama “Payung Ngepot”—kata ‘Ngepot’ merupakan bahasa walikan dari ‘Topeng’.
Kolaborasi itu lantas digarap bersama para pelukis topeng di Desaku Menanti, Tlogowaru, Kedungkandang. Harapannya, langkah ini bisa membuka peluang ekonomi baru bagi warga sekitar.
Sebelumnya, Kabunga juga pernah membuat kolaborasi payung kertas Mbah Rasimun dengan karya para pelukis ternama Kota Malang. Hasilnya laris manis di pasaran dan menarik perhatian wisatawan mancanegara.
Yuyun mengaku bersyukur memiliki ayah seorang maestro seni payung kertas. "Setelah Mbah Rasimun mendapat penghargaan, warga sekitar semangat untuk mengembangkan seni tersebut. Tentunya ini adalah peluang yang baik bagi tumbuhnya ekonomi warga sekitar," ujar Yuyun pada 2017 lalu.
