Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Hiburan, Seni dan Budaya

Tiga Maestro Keroncong Terima Anugerah Menteri Fadli Zon di Kota Blitar

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

14 - Sep - 2025, 10:39

Placeholder
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyerahkan penghargaan kepada maestro keroncong dalam puncak Festival Keroncong Svaranusa 2025 di Alun-Alun Kota Blitar, Sabtu (13/9/2025). (Foto: Aunur Rofiq/JatimTIMES)

JATIMTIMES — Malam di Alun-Alun Kota Blitar pada Sabtu, 13 September 2025, berubah menjadi panggung bersejarah bagi musik keroncong. Ribuan pasang mata menyaksikan Menteri Kebudayaan Republik Indonesia, Fadli Zon, menyerahkan penghargaan kepada tiga maestro keroncong tanah air: Waldjinah, Sundari Soekotjo, dan Tuti Maryati.

Acara puncak Keroncong Svaranusa 2025 bertema “Bhinneka Tunggal Irama” ini bukan sekadar festival musik, melainkan juga penegasan komitmen pemerintah pusat dan daerah dalam melestarikan budaya bangsa.

Baca Juga : Menbud Fadli Zon Hadiri Puncak Festival Keroncong Svaranusa, Kota Blitar Gaungkan Bhineka Tunggal Irama

Sejak sore, ribuan warga tumpah ruah di Alun-Alun Kota Blitar. Pedagang kaki lima berjajar rapi di sekeliling area, sementara dua layar raksasa di kanan dan kiri panggung utama menayangkan setiap momen acara. Di tengah suasana yang meriah dan penuh antusiasme, Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin, atau yang akrab disapa Mas Ibin, menyambut hangat kedatangan Menteri Kebudayaan.

“Banyak kota yang bisa dipilih, tapi Kota Blitar berbeda. Di sini ada spirit Bung Karno yang selalu hidup dalam setiap denyut budaya,” ujar Mas Ibin dalam sambutannya. Ia menambahkan, Kota Blitar layak menjadi panggung keroncong nasional karena masyarakatnya toleran, aman, dan menjunjung tinggi persatuan.

Satu per satu maestro dipanggil ke panggung. Tepuk tangan panjang mengiringi Waldjinah yang lahir pada 7 November 1945. Sejak menjuarai kontes Ratu Kembang Katjang pada 1958 dan Bintang Radio Indonesia 1965, ia mengibarkan bendera musik keroncong dan langgam Jawa. Lewat lagu Walang Kekek dan Jangkrik Genggong, Ratu Keroncong ini menjaga warisan Gesang, Ismail Marzuki, dan Andjar Any tetap hidup. Di usia senjanya, ia masih tegak sebagai simbol ketekunan dan dedikasi seni.

Selanjutnya, Tuti Maryati yang lahir pada 8 Oktober 1956 di Makassar menerima penghargaan dengan penuh kebanggaan. Dulu dikenal dengan nama Tuti Tri Sedya, ia adalah penyanyi serba bisa yang mampu melantunkan keroncong dalam dua puluh empat bahasa. Sejak remaja aktif di Paskibraka, mengikuti pertukaran pelajar ke Kanada, hingga meraih predikat cum laude di bidang hukum, kiprahnya terus bersinar. 

Namanya melambung setelah menjuarai Bintang Radio dan Televisi 1986 kategori keroncong, dan sejak 1988 ia rutin tampil di Istana Negara. Tuti yang belajar keroncong secara otodidak dengan menirukan gaya Waldjinah ini dikenal dengan suara lembutnya yang membuktikan bahwa keroncong bukan sekadar musik pengantar kantuk, melainkan alunan yang menenangkan jiwa.

Selanjutnya, Sundari Soekotjo yang lahir pada 14 April 1965 tampil dengan senyum tenang. Anak seorang tentara ini sudah menyanyi pop di TVRI sejak usia sembilan tahun sebelum menekuni keroncong pada akhir 1970-an. Pada usia empat belas tahun ia memberanikan diri masuk ajang Bintang Radio dan Televisi kategori dewasa meski masih duduk di bangku SMP. 

Gelar juara pertama BRTV 1983 menegaskan bakatnya. Berkarier sebagai penyanyi sekaligus guru, Sundari merilis puluhan album keroncong dan menyabet Keroncong Award 2002 serta AMI Sharp Award. Dengan gelar akademis hingga tingkat doktor, Sundari menjadi jembatan antara tradisi keroncong dan generasi baru.

Menbud

Bagi Menteri Fadli Zon, ketiganya adalah living treasure. “Mereka telah menjaga agar keroncong tetap hidup dan relevan. Karena itu pemerintah wajib memberikan apresiasi tertinggi,” ujarnya.

Dalam sambutannya, Fadli Zon menegaskan bahwa keroncong bukan sekadar musik, melainkan bagian dari perjalanan bangsa. Ia mengingatkan publik pada catatan sejarah: lagu Indonesia Raya pertama kali direkam dalam versi keroncong tahun 1928.

“Keroncong adalah suara perjuangan. Dari abad ke-16 hingga kini, ia menyerap banyak pengaruh tapi tetap menjadi musik Indonesia. Kita harus menjadikannya ekspresi budaya yang dikenal dunia,” katanya.

Baca Juga : Ziarah ke Makam Bung Karno, Menbud Fadli Zon Apresiasi Kota Blitar sebagai Penjaga Warisan Bangsa

Ia juga menyinggung amanat UUD 1945 Pasal 32 yang mewajibkan negara memajukan kebudayaan nasional di tengah peradaban dunia. “Batu bara, nikel, minyak bisa habis. Tapi budaya kita akan lestari selama ada manusia Indonesia. Budaya adalah harta sejati bangsa ini,” tegas Fadli.

Pemerintah menaruh harapan besar agar festival ini bukan hanya perayaan seni, tetapi juga penggerak ekonomi kreatif. Menurut Mas Ibin, ekosistem seni di Kota Blitar akan terus diperkuat. “Kota yang berbudaya adalah kota yang maju. Festival keroncong bisa menjadi daya tarik wisata dan menggerakkan ekonomi rakyat,” ucapnya.

Sejumlah pelaku usaha mikro lokal mengaku merasakan dampaknya. “Sejak siang ramai sekali, dagangan laris. Festival ini bagus, bukan cuma hiburan tapi membawa rezeki,” ujar Sulastri, pedagang makanan khas Blitar.

Tema “Bhinneka Tunggal Irama” terasa nyata sepanjang malam. Dari Donesia, Gita Abadi Tulungagung, hingga Patria Irama Blitar, seluruh grup memberi warna berbeda. Penampilan Sanggar Rara Ireng menambah energi lokal sebelum puncak penghargaan diberikan.

Suasana semakin hangat ketika Silvy Kumalasari dari Makassar, Endah Laras, dan Is Pusakata menutup acara. Ribuan penonton bertahan hingga akhir, menyanyikan bait demi bait keroncong klasik yang dikumandangkan.

Sebelum menghadiri festival, Menteri Fadli menyempatkan diri berziarah ke Makam Bung Karno dan mengunjungi Candi Penataran. “Blitar itu spesial. Di sini ada jejak Bung Karno, ada cagar budaya besar, dan ada semangat kebangsaan yang selalu hidup. Tepat bila keroncong diselenggarakan di sini,” ujarnya.

Dengan penganugerahan kepada tiga maestro keroncong yang digelar Kementerian Kebudayaan di Kota Blitar, wajah Kota Proklamator kian teguh bukan hanya sebagai simbol perjuangan bangsa, tetapi juga sebagai rumah besar bagi musik keroncong.

“Lantunan keroncong ini mengajarkan bahwa harmoni lahir dari perbedaan. Seperti bangsa kita, berbeda-beda tapi tetap satu,” tutup Mas Ibin disambut tepuk tangan panjang.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya Meteri Kebudayaan Fadli Zon Keroncong Svaranusa 2025 keroncong Maestro Keroncong Anugerah Menteri Fadli Zon Kota Blitar



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Sampang Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Sri Kurnia Mahiruni