Pendapatan Negara dari Cukai Tembakau Dua Kali Lipat Dibanding Deviden BUMN, GP Ansor Jatim Ingatkan Nasib Petani

Editor

Dede Nana

09 - Nov - 2025, 12:14

Ketua PW GP Ansor Jatim, H. Musaffa Safril

JATIMTIMES - Ketua PW GP Ansor Jawa Timur Musaffa Safril mengingatkan pemerintah soal kesadaran kolektif tentang nasib petani tembakau di Indonesia, khususnya di Jawa Timur. Menurutnya, Indonesia berutang besar kepada petani tembakau. 

Ia menyoroti fakta bahwa penerimaan negara dari cukai hasil tembakau pada tahun 2024 mencapai Rp 216,9 triliun, melampaui pendapatan negara dari sektor migas maupun dividen BUMN.

Baca Juga : Waspadai Cuaca Ekstrem, Koramil Kasembon dan BPBD Malang Pasang Banner Peringatan di Jalur Rawan Longsor

“Tahun 2024, penerimaan negara dari cukai hasil tembakau mencapai Rp 216,9 triliun. Angka yang mengungguli migas dan BUMN. Dan lebih dari separuhnya disumbang oleh Jawa Timur,” ungkapnya.

Musaffa kemudian memaparkan tiga sektor utama penyumbang pendapatan negara:

1. Cukai Hasil Tembakau: Rp 216,9 triliun
2. Sumber Daya Alam (Migas dan Non Migas): Rp 207 triliun
3. Dividen BUMN: Rp 85,8 triliun

Namun, di balik capaian besar itu, Musaffa menilai ada paradoks yang menyakitkan: “Negara menikmati, tapi petani merana.”

Menurutnya, kontribusi besar sektor tembakau belum sebanding dengan kesejahteraan para petani yang menjadi penopangnya. Ia menegaskan bahwa selama ini kebijakan pemerintah masih belum sepenuhnya berpihak pada petani, padahal mereka adalah fondasi utama dari industri yang menopang ratusan triliun rupiah pemasukan negara setiap tahunnya.

“Ansor tidak boleh diam. Kita harus berdiri bersama para petani tembakau. Mereka adalah bagian penting dari kekuatan ekonomi bangsa, tapi sering kali paling terpinggirkan,” ujar Musaffa.

Baca Juga : Mau Jadi Petugas Haji 2026? Ini Materi yang Wajib Kamu Kuasai!

Lebih jauh, ia juga menyoroti kenyataan bahwa perokok terbesar di Indonesia adalah warga Nahdliyin yang di dalamnya juga termasuk kader Ansor. Dengan nada reflektif, ia menyampaikan bahwa hal ini seharusnya menjadi kesadaran bersama tentang kontribusi nyata warga NU terhadap perekonomian negara.

 “Kalau kita jujur, perokok terbesar di negeri ini adalah warga NU dan di dalamnya ada Ansor. Maka artinya, kita ini sebenarnya investor utama pendapatan negara dari cukai tembakau. Tapi ironisnya, petani yang menanam tembakau justru belum menikmati kesejahteraan yang layak,” ucap Musaffa.

Musaffa juga mengajak seluruh kader Ansor di Jawa Timur untuk menjadikan perjuangan ekonomi rakyat sebagai bagian dari gerakan keumatan dan kebangsaan. Menurutnya, keberpihakan kepada petani adalah bentuk nyata pengamalan nilai-nilai Ahlussunnah wal Jamaah (Aswaja) dalam memperjuangkan kemaslahatan sosial.

“Menolong petani, memperjuangkan kesejahteraan rakyat kecil itulah bentuk jihad sosial Ansor hari ini,” pungkasnya.