UIN Maliki Malang dan Dua Kampus Islam Sepakat MoU Transformasi Pesantren
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Dede Nana
01 - Dec - 2025, 02:12
JATIMTIMES - Di tengah dinamika pendidikan Islam yang terus bergerak, Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang kembali memperlihatkan perannya sebagai poros penting pengembangan kelembagaan PTKIN.
Senin, 1 Desember 2025, menjadi salah satu titik yang menandai langkah strategis itu: tiga perguruan tinggi Islam, UIN Maliki Malang, UIN Sunan Gunung Djati Bandung, dan Universitas Islam Tribakti (UIT) Lirboyo Kediri, mengikat komitmen bersama melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) di lantai satu Gedung Rektorat UIN Maliki Malang.
Baca Juga : Upacara HUT KORPRI dan PGRI: Wali Kota Blitar Dorong ASN dan Guru Perkuat Integritas serta Inovasi
Pertemuan itu bukan sekadar seremoni formal. Di ruang yang penuh diskusi intens namun hangat, para pemimpin kampus hadir langsung: Prof. Dr. Hj. Ilfi Nur Diana, M.Si, Rektor UIN Malang, Prof. Dr. H. Rosihoh Anwar, M.Ag Rektor UIN Bandung, dan Dr. KH. Reza Ahmad Zahid, Lc., MA, Rektor UIT Lirboyo.
Tiga figur ini membawa visi yang sama, menguatkan ekosistem pendidikan Islam yang tumbuh dari pesantren dan bergerak sampai ranah akademik tingkat tinggi.
Dalam sesi diskusi, kerja sama antara UIN Maliki Malang dan UIT Lirboyo mengerucut pada program-program pendampingan prioritas yang pernah digagas Kementerian Agama. Ada tiga bidang yang menjadi fokus: manajemen konstruksi, penguatan psikososial santri, dan ekologi pesantren. Ketiganya dianggap krusial untuk pesantren besar seperti Lirboyo, yang menaungi puluhan ribu santri setiap tahun.
Prof. Ilfi memaparkan bahwa dukungan teknis dari mahasiswa menjadi salah satu bentuk kontribusi nyata kampus. Ia mencontohkan pendampingan di bidang konstruksi yang bisa dilakukan oleh mahasiswa teknik.
“Mahasiswa semester enam sudah mampu membuat desain bangunan. Jika pesantren membutuhkan, mereka bisa turun langsung dengan gambar kerja yang sesuai standar,” ujarnya.
Tak berhenti di urusan fisik bangunan, kebutuhan mental-santri pun mendapat perhatian. Pendampingan psikososial, jelas Prof. Ilfi, bukan karena pesantren mengalami gangguan tertentu, melainkan sebagai ruang untuk membantu santri membangun kepercayaan diri dan kesiapan menghadapi tantangan zaman.
Sementara itu, kebutuhan lingkungan menjadi perhatian lain. “Ekoteologi itu penting. Pesantren besar seperti Lirboyo membutuhkan sistem pengelolaan udara, listrik, hingga sampah yang berkelanjutan,” tambahnya.
UIT Lirboyo juga tengah mengembangkan arah baru pendidikan santri dengan membuka fakultas sains dan teknologi. Langkah ini mendapat dukungan penuh dari UIN Maliki Malang.
Baca Juga : ATM Beras Mapan Resmi Beroperasi di 46 Kelurahan, Mbak Wali: Untuk Ringankan Beban Ekonomi Masyarakat
“Santri tetap harus kuat membaca kitab kuning. Tapi mereka juga harus punya kemampuan teknis. Kalau pesantren membuka fakultas teknik, itu langkah maju,” tegas Prof. Ilfi.
Model pendidikan ini diharapkan menghadirkan lulusan yang piawai membaca kitab, memahami fikih, namun tetap melek teknologi, kombinasi yang sangat dibutuhkan generasi santri masa kini.
Kolaborasi UIN Maliki Malang dengan pesantren bukan hal baru. Kampus ini sudah bekerja bersama lebih dari 50 pesantren di berbagai daerah. Namun, kemitraan bersama Lirboyo dan UIT menjadi momen penting untuk memperluas jangkauan dan memperkuat transformasi kelembagaan pesantren agar semakin adaptif.
“Ada begitu banyak kebutuhan pesantren hari ini. Kami siap berkolaborasi baik di bidang akademik maupun pendampingan,” tegas Prof. Ilfi.
MoU yang ditandatangani ketiga perguruan tinggi ini bukan sekadar dokumen kerja sama. Ia menjadi batu loncatan menuju kolaborasi pendidikan berbasis pesantren yang lebih solid, menghubungkan pengetahuan klasik dengan kebutuhan modern, sambil memperkuat kontribusi pendidikan Islam bagi masyarakat luas dan dunia santri.
